KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah psikologi yang berjudul
psikologi pada masa kehamilan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun, penulis
mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penyusunan
tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
DAFTAR ISI
Kehamilan merupakan transisi, yakni suatu masa
antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Secara umum, wanita hamil akan
mengalami perubahan psikis dan fisik. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung
akan bereaksi berlebihan.Wanita hamil memiliki kondisi sangat rapuh. Mereka
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.Mereka
cemas akan hal hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat
mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam
suatu proses yang tidak dapat berubah kembali.
1. Apa
pengertian psikologi ?
2. Apa
pengertian kehamilan?
3. Apa
saja gangguan psikologi selama kehamilan?
4. Apa
saja keluhan yang sering dirasakan selama kehamilan?
1. Untuk
mengetahui pengertian psikologi
2. Untuk
mengetahui pengertian kehamilan
3. Untuk
mengetahui gangguan psikologi selama kehamilan
4. Untuk
mengetahui keluhan yang sering diraskaan selama kehamilan
Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu
psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti kata. Dalam arti bebas
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi
tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena sifatnya yang
abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa
atau mental yang berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga
psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari ilmu
tingkah laku dan proses mental.
Kehamilan dimulai dari proses
pembuahan(konsepsi) antara sperma dan sel telur hingga menbentuk janin, sampai
janin sebelum lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan
7 hari, yang dihitung mulai dari hari pertama menstruasi terakhir.
Tidak semua wanita meghendaki dirinya hamil, ada
beberapa wanita yang menantikan kehamilannya. Wanita yang mengharapkan sang
buah hati, akan menyambut kehamilannya dengan penuh kegembiraan.
Umumnya, perubahan psikologi dan emosional wanita yang
pertama kali hamil ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan, sensitif,
ketakutan, dan kepanikan. Perasaan kecemasan yang muncul kadang berlebihan
seperti disaat menjaga kehamilannya karena takut keguguran.
Setelah memasuki trimester kedua biasanya wanita
hamil sudah bisa menerima kehamilannya dengan baik. Secara fisik sang ibu sudah
merasakan gerakan dan denyut jantung janin. Namun secara psikis, wanita hamil
tetap memiliki perasaan cemas karena melihat keadaan perutnya yang bertambah
besar, payudaranya bertambah besar dan bercak hitam yang semain melebar.
Perasaan cemas yang muncul ini karen wanita hamil mengkhawatirkan penampilannya
akan rusak dan merasa takut suaminya tidak akan mencintainya lagi. Sehingga
dalam periode ini dukungan suami sangat dibutuhkan.
Setelah memasuki trimester ketiga biasanya wanita
hamil disibukkan oleh persiapan-persiapan kebutuhan bayinya. Dan rasa kecemasan
untuk menghadapi persalinan akan bermunculan dan dirasakan. Bayangan negatif
mulai mengahantuinya, seperti apakah bisa melahirkan secara normal?
Sehingga dalam periode ini diharapkan dukungan suami
dan keluarga, seperti memberikan rasa aman pada istri dan mendukung kegiatan
seperti mengikuti latihan senam hamil
- Gangguan psikologis pada pasangan infertile
Infertilitas
merupakan suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk
mendapatkan atau menghasilkan keturunan. Beda halnya infertil yang berarti
kekurangmampuan suatu pasangan untuk menghasilkan keturunan dan bukan
ketidakmampuan mutlak.
a. Penyebab
infertilitas
1. Usia
kesuburan untuk pria didapat ketika berusia 24-25 tahun dan 21-24 tahun untuk
wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya
berangkat menurun.
2.
Frekuensi hubungan seksual
3.
Lingkungan: baik fisik, kimia, maupun biologi (
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, dan lain-lain).
4.
Gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan
vitamin tertentu.
5.
Stress psikis mengganggu siklus haid libido, serta
kesulitan spermatocista dan lain-lain.
6.
Kelainan anatomi dan fisiologi saluran reproduksi atau
organ reproduksi wanita seperti vagina, uterus, serviks, tuba fallopi, dan
ovarium.
7.
Faktor lain: prolactinoma( tumor pada hipofisis),
hiper/hipotiroid (kelebihan / kekurangan hormon tiroid).
8.
Tanda gejala gangguan psikologis pada wanita
infertilitas
Dalam buku psikologi wanita karangan kartini kartono
(2006) disebutkan gambaran tentang gangguan psikologis pada wanita yang
infertil yaitu sebagai berikut:
1.
Ada kebiasaan dan religi dari banyak suku bangsa di
dunia yang menegaskan bahwa wanita tiddak mampu melahirkan anak adalah wanita
binferior. Hal inilah yang membuat wanita yang tidak mampu memberikan keturunan
menjadi rendah diri dan kehilangan percaya diri.
2.
Pada beberapa wanita yang lain, selalu berusaha
mengingkari trauma sterilitasnya dengan justifikasi bahwa ia tidak menginginkan
kehadiran anak dalam kehidupannya.
3.
Sebagai manifestasi dari sterilitassnya, banyak wanita
infertil mengambil substitusi lain dengan cara mengembangkan hobi, meniti
karier, mengadopsi anak, dan lainnya.
4.
Setiap kegagalan dan kekecewaan selalu diproyeksikan
kepada orang lain.
5.
Adapula wanita steril yang memiliki sifat pseudo-keibuan,
menghibur diri dengan memilih pekerjaan yang bersifat keibuan.
b. Pengelolaan
gangguan psikologis pada infertilitas
Gangguan
psikologis pada infeertilitas merupakan siklus yang tidak terputus.
Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang menghambat
proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas ini juga
mengakibatkan gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan
konseling baik secara individu atau konseling pasangan, mengingat kondisi ini
melibatkan kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
2.
Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu
(Pseudocyesis)
Kehamilan
palsu adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan
berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapatakan menstuasi,
adanya mual muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan, dan gejala
kehamilan lainnya bahkan kadang kala hasil tes urine dapat menjadi positif
palsu(false positive), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar hamil (Suririnah,
2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu
adalah faktor emosional/psikis yang menyebabkan kelenjar pituitari terpengaruh
sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang
menimbulkan keadaan seperti hamil.
a. Tanda gejala
gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki
kondisi psikologis seperti berikut ini:
1.
Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya
yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin
memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan
mempunyai anak.
2.
Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak
timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam , sikap
bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
3.
Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari
sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah
ilustrasi belaka.
4.
Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari
pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan
untuk mengingkari hal-hal yang tidak menyenagkan.
5.
Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa
pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-fantasi
kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari atau menghindari
realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan
egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah aliran
konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien,
pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas
dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Peran
konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien
merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa
dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang
(sehingga tidak terlihat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan
menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum
terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri,
kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas
dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional. (Lesmana,
2006).
3.
Gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
a.
Fenomena kehamilan di luar nikah
Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman
untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku
itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu risikonya adalah
kehamilan di luar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang
dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggan
orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, kehamilan yang
tidak diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalis.
b.
Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan di
luar nikah
Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan
rentang usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini
merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar nikah
banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja natara lain adalah sebagai
berikut:
1.
Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa,
terutama pada wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap
respons orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya hingga didapatkan
tindakan lain.
2.
Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak
mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit
itu.
3.
Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi
pihak sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari bangku sekolah.
4.
Rasa takut yang timbul karena ia sangat tidak siap
menjadi seorang ibu.
5.
Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilannya dengan
aborsi (Kartono,K.,2007).
6.
Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan di luar
nikah
Penatalaksanaan
yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah dengan konseling
humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan sendiri
keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah
baik (Rogers, 1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu
memiliki 3 karakter seperti berikut ini:
1.
Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan
bersama dengan klien, usaha berpikir bersama tentang dan untuk mereka (klien).
2.
Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien
dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
3.
Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan
dalam hubungan terapeutik.
Oleh karena
itu, di dalam menghadapi permasalahan kehamilan di luar nikah bagi para remaja,
maka bidan dapat memberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga, antara
remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih
memiliki andil yang besar pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).
4.
Gangguan psikologis pada kehamilan yang tidak
dikehendaki
a.
Permasalahan pada kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan
yang tidak dikehendaki tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang
terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari
kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung.
b.
Tanda dan gejala gangguan psikologis pada wanita
dengan kehamilan yag tidak dikehendaki
1.
Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa
bahwa janin yang dikandungnnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk
mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
2.
Beberapa wanita bersikap katif-agresif , mereka sangat
marah dan dendam pada kekasih dan suaminya yang merasa sanggup menanggung
konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban
dan malapetaka bagi dirinya.
c.
Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita dengan
kehamilan yang tidak dikehendaki
Penanganan
dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan penanganan pada kehamilan di luar
nikah. Perbedaannya hanya pada teknik konselingnaya-karena kehamilan ini
terjadi pada wankta yang telah menikah- yaitu dengan konseling pasangan.
5.
Gangguan psikologis pada kehamilan dengan keguguran
a.
Konsep keguguran / abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400-1.000 gram atau
usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangan abortus kriminalis adalah
abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis (Rustam, M., 1998).
b.
Faktor penyebab abortus
1.
Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi.
2.
Ketakutan terhadap orang tua.
3.
Moralitas sosial.
4.
Rasa malu dan aib.
5.
Hubungan cinta yang tidak harmonis.
6.
Pihak pria yang tidak bertanggung jawab.
7.
Kehamilan yang tidak diinginkan.
c.
Tanda dan gejala gangguan psikologis pada abortus
1.
Menimbulkan Sindrom Pasca-abortus yang meliputi
menangis terus-menerus , depresi berkepanjangan, perasaan bersalah,
ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah,
kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan,
perasaan rendah diri, penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang,
mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri,
kesulitan dalam relasi serangan gelisah dan panik, serta selalu melakukan kilas
balik.
d.
Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Wanita
Pasca-abortus
Sindrom Pasca-abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat stress
pasca-trauma”. The American Psychiatric Assosiation (APA) menjelaskan bahwa
kekacauan akibat stress paca-trauma terjadi apabila orang mengalami suatu
peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia biasa, di mana pengalaman ini
hampir dipastikan akan mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom pasca-abortus
ditangani dengan konseling kejiwaan dan psikologis, namun demikian penyembuhan
secara rohani juga diperlukan. Pada dasarnya, terapi konseling untuk wanita post-aborsi
tidak jauh berbeda dengan konseling karena kehilangan, dimana dalam konseling
ini harus memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.
6.
Gangguan Psikologi pada Kehamilan dengan Janin Mati
Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin,
dan akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati (
Saipuddin, A.B, 2007).
a.
Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan
dengan Janin Mati
Ibu dan bayi
yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami kesedihan yang mendalam.
Selama kehamilan mereka telah mulai mengenali dan merasa dekat dengan bayinya.
Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan
merasakan kehilangan.
Pada proses berduka ini, ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan
merasakan reaksi emosional tertentu, yang dapat dikelompokkan dalam berbagai
tahapan berikut.
1.
Menolak (denial). Ketika disampaikan janinnya
mati,reaksi ibu pertama kali adalah syok dan menyangkal bahwa janinnya telah
mati.
2.
Marah (anger). Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai
tahap pencarian. Orang tua/ibu marah, mengapa bayinya sampai bisa meninggal.
3.
Tawar-menawar ( bargaining). Dalam fase ini ortu/ibu
akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak meninggal ia akan melakukan hal tertentu
asal bayinya tetap hidup.
4.
Depresi ( depression). Emosi predominan dalam fase ini
adalah kesedihan berduka diiringi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik
diri, orang tua mungkin akan mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan
normal sehari-hari.
5.
Menerima (acceptance). Fase akhir dari berduka
meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktivitas normal
sehari-hari. Hal yang sangat personal ini membutuhkan waktu berbulan-bulan.
b.
Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin
mati
Dalam
memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin mati harus disesuaikan
dengan fase dimana ia berada. Dengan memperhatikan hal itu diharapkan bantuan
yang diberikan adalah bantuan yang tepat,bukan bantuan yang justru membuat
keadaan semakin kacau.
7.
Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan
Ketergantungan Obat
Kehamilan
dengan ketergantungan obat didefinisikan sebagai kondisi suatu kehamilan,
dimana terdapat pola penggunaan zat psikoaktif dan zat lain yang memiliki
implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bayi baru lahir
(Varney,2007).
a.
Jenis-jenis obat yang menimbulkan ketergantungan
1.
Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberikan efek menenangkan,membuat pemakai tidak
atau kurang mampu merasakan sensasi. Banyak digunakan dalam tindakan medis
seperti anestesi (pembiusan), meliputi Atropin, Beladona, dan Skopolamin.
2.
Kanabis/ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas Canabis sativa atau
tanaman rami. Tanaman semak/perdu yang tumbuh secara liar di hutan yang mana
daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi keracunan
ringan (infoksikasi ringan). Jenisnya antara lain adalah Mariyuana, Tetra
hidrocanabinol (THC), dan Ganja.
3.
Sedative pada susunan system saraf pusat
Yaitu bebagai jenis obat-obatan yang mampu menenangkan atau menjadikan fase
relaksasi pada system SSP, yaitu barbiturate, klordiazepoksid, diazepam,
flurazepam, glutetimida, dan meprobamat.
4.
Stimulant pada SSP
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menstimulasi kerja SSP yang
terdiri atas antiobesitas, amfetamin, kokain, metilfedinat, metaqualon, dan
fenmetrazin.
5.
Halusinogen
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang memberikan efek rasa sejahtera dan
euphoria ringan, serta membuat pemakainya berhalusinasi, yaitu LSD, ketamin,
meskalin, dimetiltriptamin, dan fensiklidin.
6.
Opiate/narkotik
Opiate atau opium adalah bubuk yang dihasilkan langsung oleh tanaman yang
bernama Poppy / Papaver Sonmiverum dimana didalam tanaman tersebut
terkandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa saikit dan kodein
yang berfungsi sebagai antitusif.jenisnya antara lain adalah kodein, heroin,
hidromorfon, meperidin, morfin, opium, pentazosin, dan tripelenamin.
b.
Tanda dan gejala gangguan psikologis pada kehamilan
dengan ketergantungan obat
1.
Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki
angka depresi, kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria,
sehingga jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak buruk bagi
janinnya.
2.
Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak
hamil, sehingga ia cenderung mengingkari kehamilannya.
3.
Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangat
beresiko terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan
berinteraksi dengan system perawatan kesehatan, terutama jika mereka mereka
menggunakan obat-obatan terlarang yang menyebabkan meraka ketakutan terhadap
implikasi hukum.
4.
Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena
kehamilannya, sehingga takut bayi yang ia kandung juga akn mengalami hal
seperti dirinya.
5.
Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke
siklus pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh
kekhawatirannya mendapatkan obat.
6.
Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai
siklus pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.
c.
Penanganan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan
Ketergantungan Obat
Ketergantungan
obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya pengaruh lingkungan
dan factor kebiasaan. Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan
konseling dengan pendekatan behavioristik, dimana konselor membantu klien untuk
belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau membantu mereka
untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih dan maladatif.
Tujuan dari
konseling yang diberikan adalah untuk mengubah tungkah laku yang maladatif dsn
belajar tingkah laku yang lebih efektif. Memfokuskan pada faktor-faktor yang memepengaruhi
tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi tingkah laku yang bermasalah.
Dalam hal ini bidan harus mampu untuk mengubah tingkah laku maladatifnya, yang
tentunya melalui tahapan-tahapan dan proses yang kontinu.
1.
Riwayat pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara
spesifik sangat penting diperoleh bertujuan mendeteksi penyalahgunaan zat,
sehingga akan dapat diperoleh factor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan
obat pada wanita tersebut. Bidan harus mengerti bahwa wanita sering kali menggunakan
lebih dari 10 zat, contohnya, wanita yang menggunakan sedatif mungkin juga
menggunakan stimulasi
2.
Bidan harus mampu memberikan penguatan/reinforcement
dan terus memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan
tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan berharganya sang
buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk melakukan proses pemulihan. Bidan
harus memberikan dukungan kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola
kekambuhan adiksi.
3.
Jadilah pendengar yang baik bagi wnaita dengan
ketergantungan zat, karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan
kepercayaan dan rasa tenang bagi wanita.
4.
Dengan perawatan yang terus-menerus,bidan dapat
bekerja untuk meminimalkan komplikasi ibu dan janin, mendorong pengurangan zat
dan mendukung siklus pemulihan.
5.
Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang
lain dalam proses pemulihan , yaitu dengan perawat, dokter, dan psikolog, serta
melibatkan keluarga dalam proses pemulihan.
Wanita
hamil selalu meraskaan keluhan-keluhan yang membuat dirinya cukup kewalahan
dalam menghadapinya, apalagi jika merupakan kehamilan pertamannya.
Keluhan-keluhan yang sering dialami seperti :
a. Mual
muntah
Perubahan hormon yang
akan mengakibatkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan, terutama di pagi
hari. Gejala ini disebut morning sickness. Namun kondisi inni dianggap wajar
jika mual muntah yang dialami dalam batas wajar.
b. Sering
buang air kecil
Seiring bertambahnya
usia kehamilan, perubahan-perubahan yang dialami juga banyak dialami. Seperti
rahim yang membesar dan menekan kandung kemih, maka kandung kemih cepat terasa
penuh sehingga membuat ibu hamil sering buang air kecil.
c. Sulit
buang air besar
Perubahan hormon
menyebabkan tonus otot menurun sehingga akan menghambat gerakan peristaltik
usus. Sehingga membuat wanita hamil mengalami kesulitan buang air besar.
d. Perubahan
warna kulit
Perubahan hormone
estrogen dan progesteron yang merangsang melanogenik, sehingga kulit mengalami
perubahan warna seperti bintik-bintik hitam yang muncul di wajah, perut, leher.
e. Sakit
punggung atas dan bawah
Hal ini disebabkan oleh penambahan
ukuran payudara, kadar hormone meningkat menyebabkan sendi-sendi menjadi
lembek.
Kehamilan dimulai dari proses pembuahan(konsepsi)
sampai janin sebelum lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu atau
9 bulan 7 hari, yang dihitung mulai dari hari pertama menstruasi terakhir.
Kehamilan merupakan transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah
anak tersebut lahir. Secara umum, wanita hamil akan mengalami perubahan psikis
dan fisik. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung akan bereaksi
berlebihan.Wanita hamil memiliki kondisi sangat rapuh. Mereka sangat takut akan
kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.
Untuk tenaga kesehatan, diharapkan mampu untuk
mengkaji data pasien, memberikan konseling dalam solusi penanganan masalah yang
dialami klien dalam psikologi selama kehamilan dan ketidaknyamanan yang
dirasakan pasien selama hamil.
Huliani,
Mellyna. 2001. Panduan Menjalani
Kehamilan Sehat. Jakarta:Puspa Swara
Tim
asuhan kebidanan kehamilan. 2017. Petunjuk
Praktikum asuhan kebidanan. Yogyakarta
Suryani,
Eko. 2008. Tentang Psikologi Ibu dan
Anak. Penerbit: Fitmaraya
Vivian, 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Penerbit: Salemba Medika
http://www.psychoshare.com/file-2008/psikologi-dewasa/gangguan-psikologi-pada-masa-kehamilan.html diakses
minggu, 9 April 2017 pukul 19.55
http://meldaharianja.blogspot.co.id/2014/01/perubahan-psikologi.html
diakses sabtu, 8 April 2017 pukul 13.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar