BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan pelayanan kebidanan nasional maupun
internasional terjdi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan
pelayanan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami
oleh petugas kesehatan dan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik
maupun bidan pelayanan.
Sala satu faktor yang
menyebabkan terus berkembangnya pelayanan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan negera miskin yaitu sekitar 25%-50% . mengingat hal diatas, maka
penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan kebidanan
karena bidan sebagai tenaga terdeapn dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu
dan bayi di berbagai catatatn pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan
enambah ilmu pengetahuanya melalui pendidikan formal dan non formal, dan bidan
berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatuhan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di
luar negeri?
C. Tujuan
Untuk mendeskripsikan dan memberi penjelasan mengenai
sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggungjawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dan keluarga.
B. Perkembangan pelayanan kebidanan di
luar negeri
Awal perkembangan pelayanan kebidanan di Yunani dimulai oleh
Hipocrates (460-370 SM) yang mendapat sebutan kehormatan sebagai Bapak
Pengobatan, beliau berasal dari Yunani yang menaruh minat terhadap kebidanan.
Ia menganjurkan wanita yang sedang bersalin mendapat pelayanan yang selayaknya
dengan dasar kemanusiaan dan meringankan penderitaan wanita. Oleh karena
anjuran tersebut,Yunani dan Romawi menjadi negara yang lebih dulu merawat
penderita nifas.
1. Australia
Pada tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian
dari pendidikan medis di Inggris dan Australia. Kebidanan masih banyak
didominasi oleh dokter. Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan
tradisi dan latihan yang dipelopori oleh Florence Nightingale pada abad ke-19.
Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah
membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita
banyak yang hamil dan jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari
bidan maupun dokter karena status sosial mereka. Sebagian besar wanita yang
melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. atau pada komunitas
yang terbatas, meskipun demikian di Australia bidan tidak bekerja sebagai
perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Alasan tersebutlah,
seseorang bidan baru reflek menjadi seorang perawat dan program pendidikan
serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan umumnya dibuka
2. Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter,
berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau
peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu
dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum)
dengan sebutan istiklah “nenek tua” karena hal tersebut kebidanan akhirnya
padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah
memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%.
Salah satu alasan
kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan
praktek sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak
dalam memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual.
Sehingga wanita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut
terhadap kematian. Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada
akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan
intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric.
Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak
mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional.
Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan
mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau
infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan
kematian saat itu.
Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para
wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan
pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani
oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar
dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi baru
para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin
meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph De Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses
patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya
protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal
inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua,
melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta,
memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700
kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50%
wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang
persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha
meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan. Pada waktu yang sama
karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan
posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang
dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah
pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya. Tahun 1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM)
dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan
secara mandiri di institusi kesehatan.
Dibeberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas
khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan
selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia
hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1%
persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria menurun
dari 25% (1988) menjadi 21% (1995).
Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan
berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan
tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun
begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan
pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti
penyembuhan tradisional.
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini antara lain:
a) Walaupun ada
banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap iolegal
dibeberapa negara bagian.
b) Lisensi
praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak
ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan
memiliki standart kompetensi yang sama.Sedikit sekali data yang akurat tentang
direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
c) Kritik tajam
dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan isolasi dari
system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka
untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat
darurat. Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat
ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Kebidanan
memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan
membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan
maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang
paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.
3. Canada
Ontario adalah provinsi pertama di canada yang menerbitkan
peraturan tentang kebidanan setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang
ilegal dan berakibat pada meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin.
Seperti selandia baru, wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka bicara
tentang pilihan asuhan dan keputusan yang dibuat.
Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada
definisi ICM tentang Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup
persalinan yang normal. Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan
wanita mempunyai pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia
baru dan canada sama – sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan.
Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan
kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki
otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan.
Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia
baru dan canada membuat suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan – bidan
untuk registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang
dibutuhkan dalam perawatan maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di kedua
negara tersebut tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan
yang bekerja dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan normal, atau
pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan ahli
obstetri bila terjadi komplikasi pada ibu serta bayi memerlukan bantuan dari
pelayanan maternitas sekunder. Bidan di kedua negara tersebut mempunyai akses
fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di
rumah atau dirumah sakit maternitas.
Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan dimana
perawat dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan sedangkan di
canada tidak ada. Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk
mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberikan
dukungan kepada wanita untuk mengontrol persalinannya sendiri. Penting untuk
mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem
kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu program
direct entry lebih diutamakan. Kedua
negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori dan
magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori dasar yaitu
pembelajaran teori dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori
dasar, yang akan melahirkan bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya
sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berfikir
kritis tentang praktik.
Dilengkapi dengan belajar magang, dimana mahasiswa bekerja
dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam waktu yang cukup
lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses
pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan, sehingga mereka
tidak akan dikacaukan dengan bermacam – macam model praktik. Mahasiswa bidan
juga akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari:
partnership antara wanita dan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan,
mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara
program kebidanan dengan profesi kebidanan, serta program kebidanan dengan
wanita.
Partnership ini menjaga agar program pelayanan kebidanan
tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan – bidan yang dapat bekerja
secara otonom sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia baru dan
canada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status wanita.
Keselarasan antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah
bagian penting dari sukses tersebut.
4. Selandia Baru
Di selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi
kebidanan sejak 1904 tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik
bidan telah berubah secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya
hospitalisasi dan medikalisasi dalam persalinan. Dari tenaga yang bekerja
dengan otonomi penuh dalam persalinan normal di awal tahun 1900, secara
perlahan bidan menjadi asisten dokter. Dari bekerja di masyarakat bidan
sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit area tertentu, seperti klinik
antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan persalinan menjadi
terpisah. Dalam hal ini bidan kehilangan pandangannya bahwa persalinan adalah
kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping kejadian
tersebut. Selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan
maternitas yang penuh dengan pengaruh medis.
Di Selandia baru para wanitalah yang berusaha melawan model
asuhan persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu
seorang yang berada disamping mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu
setelah kelahiran bayi. Mereka menginginkan bidan yang percaya pada
kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan
bahwa persalinan adalah proses yang normal. Wanita – wanita di selandia baru
ingin mengembalikan kontrol dalam diri mereka, dan menempatkan diri mereka
sebagai pusat kejadian tersebut, bukan obyek dari medikalisasi.
Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk
menegaskan kembali otonomi bidan dan sama – sama sebagai rekanan. Mereka telah
membawa kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang
profesionalisasi praktik bidan. Sebagian besar bidan di selandia baru mulai
memilih untuk bekerja secara independen dengan tanggungjawab yang penuh pada
klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu
pelayanan maternitas telah berubah secara dramatis. Saat ini 86% wanita
mendapat pelayanan dari bidan dari kehamilan sampai nifas dan asuhan
berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan pada persalinan di rumah. Sekarang
disamping dokter, 63% wanita memilih bidan sebagai salah satunya perawat
maternitas, dan hal ini terus meningkat. Ada suatu keinginan dari para wanita
agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang digunakan di Selandia baru adalah
partnershiip antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya serta wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan
keluarganya serta harapan – harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar
dari model partnership adalah komunikasi dan negoisasi.
5. Inggris
Buku tentang praktek kebidanan diterbitkan tahun 1902 di
Inggris, dan didisain untuk melindungi masyarakat dari praktisi yang tidak
memiliki kualifikasi. Pada saat itu sebagian besar bidan, buta huruf, bekerja
sendiri, menerima bayaran untuk pelayanan yang mereka berikan pada klien. Meskipun
proporsi dari praktek bidan yang mempunyai kualifikasi meningkat dari 30% pada
tahun 1905 menjadi 74% di tahun 1915, banyak wanita yang lebih menyukai dukun.
Hal ini karena dukun lebih murah mengikuti tradisi lokal dan memberikan
dukungan domestik. Selama tahun 1920-an 50-60% wanita hanya ditolong oleh
seorang bidan dalam persalinannya, tetapi dalam keadaan gawat darurat bidan
harus memanggil dokter. Pelayanan dipusatkan pada persalinan dan nifas dan
pelayanan antenatal mulai dipromosikan pada tahun 1935.
Bidan mandiri terancam oleh praktik lokal dan peningkatan
persalinan di rumah sakit. Pada tahun 1930 perawat yang juga terdaftar memasuki
kebidanan karena dari tahun 1916 mereka dapat mengikuti kursus pendek kebidanan
daripada wanita tanpa kualifikasi sebagai perawat. Hal ini mengakibatkan
penurunan status dan kekuatan bidan karena perawat disosialisasikan untuk
menangani keadaan patologis daripada keadaan fisiologis. Meskipun direct
entrynya dibuka kembali pada awal tahun 1990. semua kursus kebidanan saat ini
cenderung untuk dibatasi disekitar kualifikasi keperawatan.
Selama tahun 1980, bidan di inggris mulai berusaha
mendapatkan otonomi yang lebih dan meningkatkan sistem melalui penelitian
tentang alternatif pola perawatan. Dengan perkembangan persalinan alternatif,
bidan mulai mengembangkan praktik secara mandiri. Selama pertengahan 1980 kira
– kira ada 10 bidan yang praktik secara mandiri di Inggris. Pada 1990 ada 32
bidan independent dan pada tahun 1994 angka perkiraan dari bidan independent
adalah 100 orang dengan 80 orang diantaranya terdaftar dalam Independent
Midwifery.
6. Belanda
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda
terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah
tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah sakit, hidup
atau mati.belanda memilki angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan kematian
perinatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong
oleh bidan dan perawat sedang yang lain lahir di rumah sakit juga dibantu oleh
bidan.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto
tahun 1984 menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu
dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit
dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting,
kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan
keperawatan. Astrid Limburg mengatakan, seorang perawat yang baik tidak akan
menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang
sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan
Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan
keperawatan, kebidanan adalah profesi yang mandiri. Jadi pada prakteknya bidan
harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya
sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai
dari prenatal, natal, post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi
job tersebut pada bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling
bekerja sama. Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan
adalah profesi yang mendiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan
harus menjadirole model dimasyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah
sesuatu yang normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil dia
dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.
Pelayanan Antenatal, Bidan menurut peraturan Belanda lebih
berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai izin resmi untuk
praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi
antenatal, intrapratum dan post natal. Tanpa ahli kandunagn yang menyertai
mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita
dengan resiko tinggi atau kasus patologi ke ahli Kebidanan untuk dirawat dengan
baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan
untuk meningkatkan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar
indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di
Belanda. Daftar ini berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan. Riwayat
kebidanan akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Woremever
menghasilkan data tentang mortalitas dan mobilitas yang menjamin kesimpulan :
dengan sistem pelayanan yang diterapkan Belanda memungkinkan mendapatkan hasil
yang memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi
merupakan dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi
alternatif karena wanita dengan resiko
tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke Ahli Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di
klinik bidan. Sasaran utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika
tidak ada masalah, wanita diberi pilihan untuk melahirkan di rumah atau di
rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang hati-hati sehingga kelahiran di
rumah sama amannya dengan kelahiran di rumah sakit. Tahun 1969 pemerintah
Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai
alternatif persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (catatan bidan dan Ahli
Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland, diakui bahwa rumah adalah tempat yang
aman untuk melahirkan selama semuanya normal.Pelayanan Intrapartum dimulai dari
waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya.
Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diizinkan
menggunakan alat kedokteran. Baisanya bidan menjahit luka perineum atau
episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntomentrin dan
Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan kala III dibiarkan sesuai
fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.
Pelayanan Post partum, di Kebidanan Belanda, pelayanan post
natal dimulai setelah. Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah
ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan
pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi
kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni
melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu
intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak
penting.
7. Uni Soviet
Pelayanan antenatal di Moskow dilakukan oleh dokter dengan
beberapa perawat atau bidan yang melakukan tugas rutin yang cukup berat,
pemeriksaan urine dan sebagai asisten dokter. Di beberapa area pedesaan bidan
lebih terlibat dalam pelayanan antenatal. Angka kematian ibu bervariasi, tetapi
biasanya lebih tinggi di area pedesaan dimana akses untuk mendapatkan pelayanan
sulit. Pengelolaan masalah seperti kehamilan yang menyebabkan hipertensi dan
pre eklampsi sering terjadi. Terdapat kekurangan pada perlengkapan monitore dan
fasilitas untuk pemeriksaan yang akan menghasilkan bentuk manajemen yang kuno.
Ibu mengunjungi klinik secara rutin setiap bulan pada umur kehamilan 12-20
minggu pada kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan urine rutin, tekanan darah dan
berat badan dilakukan pada setiap kunjungan
Pelayanan Intrapartum, Di Moskow, beberapa persalinan
terjadi di rumah, namun menurut laporan rumah sakit ada sekitar 51 bayi yang
lahir di rumah sebelum ambulan datang. Pada saat masuk ke rumah sakit diikuti
dengan berbagai peraturan, seorang ibu yang akan bersalin tidak dianamnesa lagi
tentang statusnya dan apa yang terjadi pada dirinya. Suami tidak diperkenankan
untuk menemani isterinya sampai 7 hari setelah kelahiran bayi. Di beberapa
daerah Baltic hal ini tidak dilakukan, di daerah ini justru beranggapan bahwa
ibu harus di support selama persalinan oleh suami. Banyak dokter yang tidak
yakin akan hal ini, namun sebagian lagi sudah mau mendiskusikannya dan
perubahan pola asuhan kebidanan lainnya.
Kegiatan rutin pada saat masuk rumah sakit adalah dengan
cara mengoleskan jari tangan dan kaki dengan iodine 2% dan juga puting susu
dengan Gentian Violet. Hal ini dilakukan untuk pencegahan infeksi di unit
tertentu, yang juga merupakan salah satu enema dilakukan karena keharusan.
Ruang bersalinnya juga sangat tidak ranmah dan dingin, menghadap koridor
sehingga dapat dilihat oleh orang yang berlalulalang, toiletnya terbuka dan
sangat tidak provacy.
Persalinan dilakukan di meja persalinan dengan sikap
litotomi. Nampaknya tidak ada upaya untuk memberikan penjelasan kepada ibu
mengenai apa yang sedang terjadi. Bayi diberikan tetesan Prophylatic Albusid
pada matanya sebelum diamati secara singkat dan berlangsung di bungkus,
kemudaian dibawa ke ruangan khusus yang jauh dari ibunya. Sementara itu ibu
diberi kompres es diperutnya untuk mencegah perdarahan postpartum dan menunggu
di koridor selama 2 jam sebelkum dipindahkan ke ruangan postpartum. Bidan
adalah asisten pertama dokter dan bertanggung jawab untuk melakukan observasi
rutin. Bidan lebih banyak bekerja pada rumah sakit yang menitikberatkan pada
asuhan dan persalinan normal.
8. Jepang
Pelayanan kebidanan Jepang setelah Perang Dunia II, lebih
banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Dan pelayanan kepada masyarakat masih
bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan
perawat kesehatan masyarakat dan bidan hanya berperan sebagai asisten dokter.
Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oleh dokter dan perawat.
Pada tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan
berada di bawah pengawasan obstetrician. Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan bidan terdiri dari, ilmu fisika, biologi, ilmu sosial dan psikologi.
Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan
keinginan. Bidan-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak
banyak menoilong dalam pelayanan kebidanan. Mereka mulai memasang strategi
untuk pemecahan masalah ini dan didorong pula oleh rasa iri, melihat kondisi
kebidanan di United Kingdom yang sudah sangat maju dan berkembang. Kemudian
mereka mulai mengadakan peningkatan pelayanan dan pendidikan kebidanan serta mulai
berusaha merubah situasi yang ada.
Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan obstetri dan neonatal, serta meningkatkan
kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di Jepang.
Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara lain, masih kurangnya
tenaga bidan, dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.
9. Jerman
Ante Natal Care (ANC) dan pertolongan persalinan di negara
ini masih diklakuakan oleh ginekologi dan bersifat hospitalisasi. Dengan
demikian, perawatan yang berkelanjutan continuity of care) dari pelayanan yang
diberikan hampir tidak ada. Kegiatan ANC yang dilakukan oleh ginekolog berupa
USG dan periksa dalam, sementara dalam hal palpasi dan pendidikian kesehatan
dokter ginekolog masih tidak kompeten. Dan persalinan yang dilaakukan oleh
ginekolog di klinik untuk operasi harus dihadiri oleh bidan. Bidan hanya
bekerja sebagai perawat obstetri dan obstetrician yang melakukan segalanya.
Karena hal tersebutlah, bidan-bidan di negara tersebut mulai melihat perkembangan
di negara-negara Eropa, kemudian terbentuklah program direct Entry di negara
tersebut.
Aksi utama dunia di bawah bendera penyelamatan Ibu
1.
1987 – Prakarsa penyelamatan ibu diluncurkan di
Nairobi
2.
1989 – Studi dunia pertama mengenai kematian ibu
diterbitkan (Royston dan Armstrong 1989), dan kumpulan bukti kematian ibu di
dunia dikeluarkan WHO 1991. Kumpulan bukti tersebut merupakan ringkasan data
yang dikumpulkan dari seluruh dunia disediakan oleh Jenewa.
3.
1987 – Partograf, sebuah alat untuk memantau
persalinan dengan efektif, diluncurkan pada tahun 1990 uji coba banyak
dilakukan untuk meninjau keefektifan alat tersebut dengan hasil positif.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa peralatan mempunyai potensi yang baik dalam
penatapelaksanaan persalinan.
4.
1994 – WHO membuat paket ibu dan bayi yaitu
oanduan praktis untuk penyelamatan ibu di berbagai Negara. Dalam paket ini
diakui bahwa kunci keberhasilan penyelamatan ibu adalah petugas kebidanan yang
terlatih dengan baik yang tinggal dan bekerja di komunitas tersebut. Paket
tersebut merupakan rekomendasi kuat bagi Negara agar memberikan prioritas
kepada pembinaan ketrampilan kebidanan petugas kesehatan, khususnya petugas
yang memberikan asuhan berbasis komunitas. Rekomendasi termasuk juga pemantapan
keterampilan kebidanan di semua aspek pemberian asuhan maternitas.
Yang penting, keterampilan tersebut harus
menyertakan penatalaksanaan segera kegawatdaruratan obstetric tertentu.
Seperrti perdarahan, persalinan lama dan macet, sepsis puerperalis, dan hipertensi
pada kehamilan. Selain itu, juga merinci paket minimal untuk perawatan
maternitas dasar mengenai layanan yang harus tersedia dan peralatan prasyarat.
5.
1996-WHO menyelenggaraan sebuah kelompok kerja
teknis untuk pelatihan normal (WHO 1996b). Kelompok kerja yang terdiri atas
ahli obstetri andal internasional dan bidan, bersama-sama meninau bukti seluruh
praktik dan intervensi yang digunakan saat ini di seluruh dunia dalam merawat
wanita yang melahirkan normal. Kesimpulan mereka menyokong temuan yang ditemukan
oleh Kelompok Epidemiologi Perinatal Oxford. Dengan mengikuti format yang sama
dengan perawatan efektif selama kehamilan dan persalinan (Chalmers et al 1987),
kelompok ini membuat daftar praktik sesuai dengan bukti ilmiah (WHO 1996b).
Dokumen ini dan dokumen penyelamatan ibu lainnya juga disediakan oleh WHO,
Jenewa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan yakni
sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Di Australia,
kebidanan masih banyak didominasi oleh dokter. Di Amerika, para bidan berperan
seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik,
standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan, dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi. Namun
Amerika menjadi negara dengan teknologi kebidanan tercanggih di dunia. Di
Canada dan Slandia Baru menerapkan prinsip hubungan dengan wanita, asuhan
kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang memiliki
otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan. Di Belanda wanita
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah sakit, hidup atau mati.belanda
memilki angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan kematian perinatal relatif
rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong oleh bidan dan
perawat sedang yang lain lahir di rumah sakit juga dibantu oleh bidan. Di
Unisoviet bidan adalah asisten pertama dokter dan bertanggung jawab untuk
melakukan observasi rutin. Bidan lebih banyak bekerja pada rumah sakit yang
menitikberatkan pada asuhan dan persalinan normal. Di Jerman Ante Natal Care
(ANC) dan pertolongan persalinan di negara ini masih diklakuakan oleh
ginekologi dan bersifat hospitalisasi. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
negara-negara tersebut telah mengembangkan pelayanan-pelayanan kebidanan secara
maksimal. Sehingga diikuti oleh Negara-negara lain, seperti Indonesia,
Malaysia, dan negara-negara berkembang lainnya.
B. Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat
kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga materi ini dapat menambah
wawasan kita mengenai sejarah perkembangan pelayanan bidan di uluar negeri.
Dafar pustaka
Purwandari 2008,KONSEP KEBIDANAN SEJARAH DAN
PROFESIONALISME,Jakarta ,EGC.
15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar