MAKALAH
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KESEHATAN
WANITA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Dosen Pengampu : Nur Khasanah,S.ST,M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 4
A.13.1
1.Lulus Fitriani 16150007
2. Ratni O.I.M Keretana 16150006
3.Silvianur Sukmawati 16150013
4.Khevi Henoek 16150001
5.Gita Purnamasari 16150009
6. Wahyuni Melati 16150011
7.Al Dila Rosyidiana 16150008
8.Novalia O.E Radja 16150003
9.Agista Purnama Putri 16150004
10. Julianti 16150012
11. Megawati Mahardika 16150010
PROGRAM STUDI D3-KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillahirobbilalamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Aspek Sosial Budaya Yang
Berhubungan Dengan Kesehatan Wanita” dapat terwujud sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. makalah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD).
Dalam penelitian ini,
penulis tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan dari semua pihak,
tidak mungkin makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Teman-teman yang
selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Atas segala bantuannya baik
secara moral, material, maupun spiritual penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis
menyadari kesalahan,kelemahan,bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan agar dapat
dijadikan acuan dalam
penulisan makalah periode
berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan.
Atas bantuan dari semua
pihak penulis mengucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penulis khususnya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan merupakan
salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan
semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Kesehatan adalah tanggung
jawab bersama dari individu, masyarakat dan pemerintah. Apapun peran yang
dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat maka hanya sedikit
yang akan tercapai.oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi
sektor kesehatan adalah mendorong kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif.
Hingga saat ini sudah banyak program-program
pembangunan kesehatan di
Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan
masalah-masalah kesehatan ibu dan
anak. Baik masalah kematian maupun kesakitan
pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi mengenai berbagai pantangan, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu
dan anak. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu,
termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
1. Apa pengertian budaya?
2. Apa saja unsur kebudayaan?
3. Apa saja manfaat mempelajari kebudayaan?
4. Apa saja aspek sosial yang mampu
mempengaruhi kesehatan?
5. Apa saja aspek perubahan sosial?
1.
Untuk
mengetahui pengertian budaya
2.
Untuk
menegetahui unsur kebudayaaan
3.
Untuk
mengetahui manfaat mempelajari
kebudayaan
4.
Untuk
mengetahui aspek sosial yang mampu mempengaruhi kesehatan
5.
Untuk
menegetahui apa saja perubahan aspek sosial
Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan
sebagai hasil dari cipta, karya, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan
kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh
tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan
belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.
Taylor dalam bukunya Primitive Culture,
memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaankebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil
karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part
of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan
manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk
terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa
disebut budaya.
Koentjaraningrat (2002) membagi budaya
menjadi 7 unsur, yakni sistem religi dan
upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan
peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.
a.
Didalam
semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan, gizi, dan lain-lain. Misal, orang yang beragama Islam tidak makan
babi, sehingga dalam rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan
dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan
agamanya.
b.
Dengan
mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi
apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang
menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan
masyarakat.
c.
Petugas
kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan
mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana
yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan
dalam memperbaiki status kesehatan.
d.
Petugas
kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi, menambah
rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
e.
Selain
itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena
petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat untuk
menyampaikan pesan kesehatan.
f.
Sistem
mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian ada kaitannya
dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
g.
Teknologi
dan peralatan masyarakat setempat . Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan
yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal
masyarakat.
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi
status kesehatan antara lain adalah :
a.
Umur
Jika
dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi,
sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b.
Jenis Kelamin
Perbedaan
jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan
wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita
kanker prostat.
c.
Pekerjaan
Ada
hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan
disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran
pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d.
Sosial
Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi
juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak
ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya
malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya
rendah.
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada
perilaku kesehatan :
1. Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan
kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,
terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain.
Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan,
kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi
oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh
organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak
buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan
juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan
antara lain :
1. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang
dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
a.
Sikap
fatalistis
Hal
lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh
: Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang
beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati
adalah takdir , sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
b.
Sikap
ethnosentris
Sikap
yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain.
2. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu
daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka
tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka
menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
3. Pengaruh norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang
hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna
pelayanan. Pengaruh nilai, Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi
beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1
lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
4. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan
berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja,
manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya
setelah dewasa.
5. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap
perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin
melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan
adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis
faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan
budaya yg terjadi di masyarakat dpt dibedakan kedalam beberapa bentuk :
a.
Perubahan
yang terjadi secara lambat dan cepat
b.
Perubahan
yang pengaruhnya kecil dan besar
c.
Perubahan
yang direncanakan dan yg tidak direncanakan
d.
Makanan
dan Budaya
1.
Definisi
Makanan
Makanan
adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
2.
Kebudayaan
Menentukan Makanan
Sebagai
suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik
dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia
untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan
dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
Lewat
konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat
bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru
dihindari. Contoh :
a.
Adanya
pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang
b.
dimasak
dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit
perut, dan sakit mata .
c.
Bagi
gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap
tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin
dan reproduksi.
BAB III
PENUTUP
Faktor-faktor sosial-budaya
mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan
dan kelahira.Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah
diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh
karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku
atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak
mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis khusunya. Serta pembaca diharapkan mampu memahami aspek soial budaya
yang dpaat mempengaruhi kesehatan serta menerapkan hal-hal yang bermanfaat
dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan
komunitas. Jakarta:EGC
Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta
http://zahra-sanjaya.blogspot.co.id/2012/06/aspek-sosial-budaya-yang.html diakses minggu, 19 Maret pukul 11.00WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar